Sabtu, 04 Februari 2012

Kisah Lelaki, Agama dan Cinta

Dia adalah lelaki, tak terlalu tampan, tetapi mempunyai sesuatu yang membuatnya disukai banyak wanita. Selalu terlihat ceria, mengagumi wanita dan cinta. Bukan sosok yang menonjol, tetapi cukup mengena di beberapa hati wanita yang kenal baik dengannya. Bukan playboy, yang membuat wanita terluka, dia hanya suka intim dengan wanita. Kadang bagi beberapa orang, dia terlihat sangat menikmati itu semua. Tidak terlalu menonjol membuatnya selalu terhindar dari gosip miring, sepi tak terlihat.
Akan tetapi dibalik itu semua, dia adalah lelaki yang patah hatinya. Suatu saat dimana dia sangat menikmati keintimannya dengan seorang wanita, dimana dia sangat mantap akan cintanya, akhirnya dia terbentur pada suatu pilihan, antara Tuhan dan wanita. Sebuah pilihan yang tak begitu susah bagi saya dan anda.
Anda dengan sangat gampang akan memilih Tuhan. Sebuah pilihan logis dari masyarakat berketuhanan yang maha esa. Tuhan adalah sebuah pilihan super logis. Dia lah sang pemberi nikmat dan masa depan. belum lagi lingkungan dan keluarga yang pasti akan mencemooh dan meninggalkan jika tak memilih Tuhan.
Sedang bagi saya pun, pilihan itu tak terlalu sukar. Saya, yang masih berjiwa muda dan petualang (baca: coba-coba), yang masih sangat jauh dari maut (baca: Lansia), dan menyukai kesenangan dan susah beribadah, sudah tentu wanita menjadi pilihan. Sebuah logika bagi saya. Jodoh adalah pemberian Tuhan. Jika wanita itu cinta saya, maka itu adalah kehendak Tuhan agar saya memilih wanita itu.
Akan tetapi, lelaki itu berbeda dengan saya dan anda. Dibalik keceriaannya, dia menyimpan hatinya yang patah. Hati yang tak bisa memilih diantara Tuhan dan wanita yang dia cintai. Menjalin hubungan berbeda keyakinan menjadikannya tak mempunyai harapan. Ditinggalkan keluarga dan lingkungan, belum lagi goyahnya iman yang telah dibangun dari kecil akan membuatnya tak mempercayai harapan, Tuhan itu sendiri. Sementara meninggalkan senyuman dari wanita itu membuatnya seperti kehilangan cahaya lilin dalam kegelapan malam yang gulita.
Terinspirasi dari lelaki itu, menurut saya kisah cinta antara keyakinan yang berbeda memang sering berakhir menyedihkan. Tetapi bukan berarti tanpa jalan keluar. Banyak pasangan berbeda keyakinan yang berakhir pada pernikahan yang bahagia. Cinta beda agama hanya terlalu rumit dan membutuhkan pengorbanan yang sangat besar.
Sebenarnya pun negara tak melarang warganya yang berbeda agama untuk menikah, yang penting tercatat dalam catatan sipil. Larangan sebenarnya datang dari agama itu sendiri. Akan tetapi, yang menjadi permasalahan catatan sipil tak akan mencatat jika agama belum menyetujui. Walaupun begitu, masih ada harapan.
Kekasih yang berbeda keyakinan yang hendak melanjutkan ke jenjang pernikahan biasanya harus ada yang mengalah, setidaknya untuk sementara. Menikah dalam salah satu agama, dan setelah di sahkan catatan sipil, biasanya akan kembali kepada keyakinan masing-masing. Atau, dapat pula menikah menurut agama mempelai pria terlebih dahulu, setelah itu mnurut agama mempelai perempuan. akan tetapi menikah dua kali agaknya terlalu merepotkan.
Pengesahan catatan sipil memang dapat disiasati. Tetapi apakah iya, aturan agama akan dilanggar begitu saja? Semua tergantung yang akan menjalaninya, berbeda keyakinan bukanlah akhir segalanya, hanya memerlukan pengorbanan yang lebih dan lebih besar lagi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar